Minggu, 30 Januari 2011

Anak Buah Gemar Pornografi Online, Walikota Berang



Walikota di kota Springfield, Amerika Serikat ini tengah dilanda pusing. Sebab banyak di antara anak buahnya malah gemar mengunjungi situs-situs mesum kala seharusnya bekerja.

Frank Edwards, sang walikota, mengeluh karena lusinan pegawai pemerintah di kotanya memakai komputer kantor untuk melihat pornografi. Dia pun berang dan bakal mendisiplinkan mereka agar tidak mengulangi lagi perbuatan itu.

Pemimpin Negara Barat Desak Presiden Mesir Hentikan Kekerasan



Pemimpin negara-negara Eropa dan Amerika mendesak Presiden Mesir Hosni Mubarak untuk menghindari kekerasan terhadap demonstran yang memintanya mundur. Mereka juga mendesak Mubarak mengikuti kemauan rakyat terkait reformasi total di Mesir. 

Sultan Nilai Demonstrasi di Mesir Bisa Saja Menular ke Indonesia



Mesir kini tengah dilanda kerusuhan. Demonstran yang menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak bentrok dengan aparat keamanan. Unjuk rasa terjadi setelah pemerintahan yang dinilai otoriter gagal menanggulangi keterpurukan kondisi ekonomi masyarakat.

Uang Rp 74 Miliar Gayus Dibagi-bagi?


Jhonson Panjaitan, penasihat Indonesia Police Watch (IPW), mengatakan, uang Rp 74 miliar yang tersimpan disafety box milik Gayus Halomoan Tambunan rencananya akan dibagi-bagi untuk berbagai pihak. Namun, rencana itu batal karena mafia pajak Gayus terbongkar.

Polri, Siapa Penyuap Gayus?


Pertanyaan siapa penyuap Gayus Tambunan belum pernah dijawab oleh Polri sejak mafia kasus dan mafia pajak Gayus Halomoan Tambunan, mantan pegawai pajak, mencuat April 2010. Bahkan, kalau mau ditarik lebih jauh lagi, sejak awal Gayus berurusan dengan hukum tahun 2009.

Tak jelas dari mana harta fantastis sekitar Rp 100 miliar dalam bentuk uang tunai, logam mulia, dan saham milik mantan pegawai golongan IIIa di Direktorat Jenderal Pajak itu. Tidak ada satu pihak pun yang bertanggung jawab atas aliran dana ke Gayus, baik pemilik uang maupun perantara.

Jangankan menjerat penyuap, sampai saat ini Polri tidak pernah menjelaskan kepada publik tentang hasil penyelidikan pihak-pihak yang selama ini disebut penyokong dana ke Gayus. Apa sebenarnya alasan tidak ditemukannya unsur pidana? Padahal, Polri sendiri yang menyebut siapa pihak-pihak itu.

Polri pernah menyebut tengah menyelidiki empat perusahaan, yakni PT SAT, PT DAS, PT E, dan PT I, terkait mafia pajak. Penyelidikan itu telah dilakukan sejak April 2010. Dari empat perusahaan itu, baru kasus PT SAT yang ditindaklanjuti ke penyidikan. Itu pun tidak ditemukan adanya suap. Hanya dugaan penyalahgunaan wewenang saat menangani keberatan pajak yang berujung dijeratnya empat pegawai pajak.

Polri juga belum menjelaskan terkait aliran dana dari PT Megah Citra Jaya Garmindo senilai Rp 370 juta dan Roberto Santonius, konsultan pajak sebesar Rp 925 juta. Dua pihak itu yang menyeret Gayus dalam kasus tahun 2009. Seperti diketahui, kasus itu direkayasa dan berakhir vonis bebas di Pengadilan Negeri Tangerang.

Kemudian Polri belum mengungkap pengakuan Gayus terkait aliran dana dari tiga perusahaan Bakrie Group dengan total sekitar 3.500.000 dollar AS. Gayus mengaku menerima uang itu dari Alif Kuncoro setelah melakukan tiga pekerjaan. Terakhir, Polri belum menjelaskan soal pengusaha HS yang disebut Gayus penyokong dana untuk pelesiran ke luar negeri selama berstatus tahanan Brimob Kelapa Dua, Depok.

Rekayasa jilid II

Donal Fariz, aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW), mengatakan, belum dijeratnya para penyuap terkait uang Rp 28 miliar dan Rp 74 miliar mendekati rampungnya penyidikan adalah bentuk rekayasa kasus Gayus jilid II. Rekayasa pertama ialah kasus empat perkara Gayus yang membuatnya diganjar tujuh tahun penjara. Padahal, Polri telah memegang data pajak 151 perusahaan.

"Kepolisian telah melukai rasa keadilan dengan menjerat penerima suap, tapi tidak memproses penyuap. Proses hukum dilakukan untuk melindungi kejahatan itu sendiri. Padahal, ada celah besar untuk menjerat penyuap," ucap dia ketika dihubungi Kompas.com, Minggu (30/1/2011).
Donal mengatakan, Polri sebenarnya mampu menuntaskan kasus itu. Namun, kata dia, ada ketidakmauan dari petinggi Polri. "Itu kelihatan dari pernyataan petingginya. Mantan Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri mengatakan, kalau kasus ini dibuka, Republik akan goncang. Terakhir Kabareskrim Komjen Ito Sumardi mengatakan, pihaknya tidak buka-bukaan terhadap kasus ini karena akan merusak citra pemerintah," kata Donal.

Donal menilai alasan Polri, yang meminta masyarakat menunggu fakta di pengadilan untuk menjerat penyuap, terlalu mengada-ada. "Itu logika sesat. Kasus Gayus sudah dimulai sejak April 2010. Betapa lamanya penanganan kasus ini. Semakin lama, semakin kelihatan ada tebang pilih. Semakin kelihatan melindungi kejahatan-kejahatan khususnya wajib pajak bermasalah. Kita semakin tidak percaya kasus ini ditangani kepolisian," ujar dia.
( disadur dari : kompas.com )

KPK Buru Pemberi Suap

Ketua Komisi Pemberan- tasan Korupsi Busyro Muqoddas menegaskan akan terus memburu pelaku dalam perkara suap yang terkait dengan pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia 2004. Agar adil, pemberi suap lewat cek perjalanan harus ikut diproses.

JK: Kritik DPR Jangan Hancurkan KPK



Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla berpendapat, Dewan Perwakilan Rakyat boleh saja mengkritik Komisi Pemberantasan Korupsi terkait penahanan 19 politisi DPR 1999-2004. Hanya saja, kritik DPR tersebut seharusnya tidak bertujuan menghancurkan KPK.

Kenapa Cirus Begitu Sakti?

Koordinator Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengaku sangat heran terhadap "kesaktian" jaksa Cirus Sinaga yang sudah ditetapkan sebagai tersangka terkait kasus Gayus Tambunan.
Menurut Neta, IPW melihat pihak kejaksaan sudah berupaya maksimal untuk menangani kasus Gayus Tambunan, tetapi justru polisilah yang dinilai tidak serius dalam menanganinya, terutama yang terkait denga peran Jaksa Cirus.

Demi Keadilan Koruptor

Artalyta Suryani atau akrab dipanggil Ayin, terpidana kasus suap kepada jaksa Urip Tri Gunawan, adalah simbol dari sebuah perlakuan istimewa koruptor oleh negara.
Setelah kepergok bahwa Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum menyulap penjaranya menjadi kamar berkelas hotel berbintang, ia hanya dipindahkan dari Rumah Tahanan (Rutan) Pondok Bambu, Jakarta Timur, ke lembaga pemasyarakatan (LP) khusus wanita, Tangerang.

Abidine, Mubarak, SBY dan Negara Yang Murung

Langit tak secerah ketika Zein al-Abidine Ben Ali naik tahta sebagai presiden pada 7 November 1987. Meski kini, langit yang kelam di sana perlahan mencerah, namun negeri di belahan bumi Timur Tengah itu sudah menjadi kampung halaman yang haram untuk sang presiden.

Mega Beri Pesan untuk Panda

Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Trimedya Panjaitan, mengatakan, penjemputan paksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap politisi PDI-P, Panda Nababan, sudah disampaikan kepada Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Panda yang diperiksa hari ini, Jumat (28/1/2011), oleh KPK, dijemput penyidik di Bandara Soekarno-Hatta saat akan terbang ke Batam untuk menghadiri Rapat Pimpinan Nasional PDI-P.

Polri Abaikan Instruksi Presiden

Sidang kode etik dan profesi oleh Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri terhadap enam terperiksa yang terlibat kasus Gayus HP Tambunan dipertanyakan. Pasalnya, sidang yang akan digelar bergantian hingga bulan Maret 2011 itu bakal berlangsung tertutup.