Kamis, 05 Juli 2012

Parpol Jadi Anak Perusahaan Bandar




Rencana revisi Undang-Undang Pemilu Kepala Daerah dan Undang-Undang Pemilu Presiden harus mengatur pembatasan dana kampanye. Pasalnya, tinggal dua Undang-Undang itu yang dapat mencegah tindak pidana korupsi ke depan.
Hal itu dikatakan peneliti politik Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi saat diskusi "Kasus Korupsi Saling Sandera Parpol" di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (5/7/2012).


Burhanuddin mengatakan, tanpa ada batasan dana kampanye, calon kepala daerah, calon presiden, atau parpol harus mengeluarkan dana sebesar-besarnya untuk menang. Akhirnya, mereka menerima dana dari para pengusaha dengan imbalan proyek jika menang.
"Cukong masuk, bandar yang berkuasa. Partai jadi anak perusahan bandar-bandar tertentu. Kepala daerah tinggal bagi melalui barter proyek, berputar dalam lingkaran setan korupsi. Tinggal tunggu saja kepala daerah bergantian masuk penjara," kata Burhanuddin.
Anggota Komisi III dari Fraksi Partai Golkar Nudirman Munir mengakui bahwa kampanye membutuhkan dana yang sangat besar. Menurut dia, kebutuhan paling besar yakni pengadaan atribut dan iklan.
"Jor-jorannya di atribut sampai miliaran rupiah. Pajak baliho aja sudah ratusan juta sekaligus izin. Belum lagi biaya pasang," kata Nudirman.
Sebaiknya, kata Nurdirman, ke depan parpol atau calon dilarang memasang atau membagi-bagikan atribut. Semua itu, kata dia, dilakukan oleh pihak KPU. Setiap calon mendapat jumlah yang sama.
Senada dikatakan anggota Komisi III dari Fraksi Partai Gerindra Martin Hutabarat bahwa dana kampanye membutuhkan dana yang sangat besar. Untuk mencegah agar parpol tak meminta dana dari pengusaha, Martin berharap agar parpol bisa membentuk badan usaha untuk mencari dana. "Tapi perlu diatur," katanya.
Berbeda disampaikan anggota Komisi III dari Fraksi Partai Demokrat Ruhut Sitompul. Dia mengaku ketika pileg 2009 hanya menghabiskan dana tak sampai Rp 400 juta. Minimnya dana kampanye itu, kata dia, lantaran popularitasnya dan kevokalannya selama ini.
"Saya datang pesta kawinan di mana-mana. Mereka foto-foto. Jadi bukan duit," kata Ruhut disambut tawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar