Selasa, 01 Februari 2011

Negeri Ini Terlalu Banyak Politisi


Sebagai pengusaha yang dipastikan supersibuk, Sandiaga Uno ternyata masih bersahabat. Setidaknya hal itu ditandai dengan respons cepat berkomunikasi kapan saja. Email-email dari pembaca dijawab dengan cepat.
Pengusaha muda dengan total aset 245 juta dollar AS—tiga tahun lalu—berada di peringkat ke-63 orang terkaya di Indonesia. Perjalanan hidupnya beragam, mengecap pahit-manis dunia kerja sebelum menjadi pengusaha sukses.

Penggemar lari maraton ini mengibaratkan dunia usaha seperti naik sepeda. Rimnya memutar dan kerap jatuh-bangun. Untuk menjejak kesuksesan dibutuhkan kerja keras, keberanian, dan optimisme memandang masa depan.
Apa yang meyakinkan Anda menjadi entrepreneur? Apa kiat Anda untuk karyawan biasa yang belum berani keluar dari zona nyaman dan beralih menjadi entrepreneur?
(Cherry Suciansyah, Bandung)
Teh Cherry, sebenarnya kondisi yang memaksa saya menjadi seorang entrepreneur karena saya korban PHK saat krisis ekonomi global tahun 1997. Untuk menjadi seorang entrepreneur bukan berarti harus bermodal besar. Yang paling utama itu keinginan, kreativitas, dan jeli melihat peluang yang ada di sekitar kita.
Kalau ada teman-teman yang ingin berwirausaha, tetapi belum berani keluar dari zona nyamannya, saya menyarankan untuk memulai bisnisnya dari hobi atau keahlian yang dimilikinya. Mudah-mudahan dari situ bisa berkembang lebih besar lagi usahanya.

Bagaimana Bang Sandi membuktikan bahwa kesuksesan adalah wujud tekad dan kerja keras dan bukan karena banyaknya kolega dan kemapanan keluarga?
(Muhammad Safei, Banjarmasin)
Asal keluarga saya tidak ada yang pebisnis. Ayah seorang karyawan kantoran biasa. Ibu seorang guru. Jadi, kalau dibilang semua kesuksesan datang dari kolega dan keluarga sepertinya tidak benar juga.
Lebih tepat adalah saya dididik oleh orangtua dengan disiplin dan pantang menyerah sejak kecil. Terbiasa mendapatkan sesuatu dengan kerja keras dan bukan karena belas kasihan. Dan yang paling penting adalah doa dari kedua orangtua. Tanpa doa mereka tidak mungkin semua hambatan dapat di lalui.
Dunia bisnis itu penuh dengan harapan supaya bisa untung. Kalau kinerja kita jelek, pasti sebaik-baiknya kolega akan pergi menjauh, begitu pula sebaliknya.

Bagaimana Anda menyikapi hidup ini dan bagaimana Anda bangkit setelah mengalami kegagalan?
(Budi Riyanto, Semarang)
Buat kami, hidup itu terlalu berharga untuk hanya disesali. Dunia tidak selamanya malam karena pasti besok matahari datang menjelang. Siapa sih yang tidak pernah gagal di dunia ini? Thomas Alfa Edison (penemu lampu listrik), Kolonel Sanders (Kentucky Fried Chiken), Bill Gates (Microsoft), semua mereka itu pasti pernah mengalami kegagalan. Tapi yang membuat mereka jadi hebat adalah mereka tidak pantang menyerah! Kegagalan yang mereka alami justru semakin menambah semangat mereka untuk berkarya.

Anda lulus dengan predikat summa cum laude, kalau saya lulus dengan IPK biasa saja, apa yang harus saya lakukan untuk jadi sesukses Anda?
(Erlangga Satyanagara, FE UI, Jakarta)
Begitu banyak senior-senior pengusaha yang sukses tanpa gelar sarjana. Mas Erlangga bisa cari tau berapa IPK-nya Om Bob Sadino dan Pak Ci (Ciputra)? IPK itu hanya salah satu nilai tambah, dan setiap orang punya nilai tambah yang berbeda-beda. Untuk sukses yang diperlukan itu kesungguhan dan kerja keras. Ada pepatah Arab yang sangat terkenal, ”Man jadda wa jadda”. Artinya, barang siapa bersungguh-sungguh, maka pasti dia akan mendapatkannya.

Tentang kabar yang menyebutkan Mas Sandi terkena cekal. Bagaimana sih ceritanya?
(Komang Kitara, Jakarta)
Faktanya pemberitaan itu tidak benar. Saya tegaskan bahwa saya tidak dalam status cekal. Dan saya belum pernah dengan sengaja melanggar hukum, apalagi dalam bisnis. Alhamdulillah bisnis saya bisa tumbuh karena kepercayaan semua stakeholders.

Apakah dengan kondisi Anda sekarang ini Anda sudah merasa cukup puas?
(Firly, Medan)
Bang Firly, saya selalu bersyukur atas apa yang Tuhan berikan kepada saya sekeluarga. Tetapi kalau ditanya sudah puas atau belum, jujur pertanyaan seperti ini yang selalu mengusik hati nurani saya. Mengapa? Coba kita lihat negeri Indonesia yang kaya raya ini, berapa banyak penduduknya yang hidup dengan 2 dollar AS per hari. Berapa banyak angkatan kerja yang belum terserap? Kalau saya menjawab ”cukup puas”, berarti saya menutup mata atas permasalahan sosial yang ada di negeri kita ini.
Saya yakin jika saja semangat entrepreneurship dapat ditumbuhkan di seluruh pelosok negeri ini, tentu pembangunan ekonomi akan bergerak lebih baik dan merata, selain itu tenaga kerja juga semakin banyak yang terserap. Bukan hanya ekonomi makro yang bagus, tetapi mikronya juga kuat.

Apa modal paling penting untuk bisa menjadi sukses?
(Jayaijaya Parulian Nababan, Bandung)
Lae Jaya, yang pasti kesungguhan, kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas. Setelah itu kita harus ikhlas dengan semua usaha kita. Pasti Tuhan memberikan yang terbaik buat kita.

Apakah cita-cita Anda waktu SD sudah tercapai? Pada saat kapan Anda merasa sangat bahagia?
(Blessing Naibaho, Jakarta Timur)
Hmm, cita-cita waktu kecil mau jadi pilot... dan sampai sekarang belum kesampaian. Saya dididik orangtua untuk senantiasa membantu orang lain, jadi hal yang paling membuat kami bahagia adalah saat bisa membantu orang lain tentunya dengan berbagi sukses dan skill.

Pernahkan Anda mengalami kesulitan dalam hal birokrasi ketika memulai bisnis?
(Maftuchah Sari, Tangerang)
Mbak Sari, kesulitan birokrasi pasti pernah dialami oleh setiap pengusaha yang mulai bisnisnya dari nol. Saya dengar sekarang memulai usaha sudah jauh lebih mudah, dulu bisa sampai 6 bulan izin baru keluar.

Pak, saya seorang mahasiswa ITB. Saya ingin membuka bisnis yang jauh lebih baik,, sehingga layak betul disebut sebagai entrepreneur. Bagaimana agar saya mudah mendapatkan modal dan jaringan yang baik?
(Iqbal Novramadani, Bandung)
Mas Iqbal, salah satu unsur penting jika kita ingin menjadi pengusaha adalah network yang luas dan baik. Dengan network kita bisa mengakses informasi pasar dan bahkan permodalan.
Agar mendapatkan network yang baik, pada dasarnya kita harus baik pula dalam bermasyarakat dan pergaulan. ”Giving is Receiving” itu frase yang terus saya ingat dan lakukan dalam berbisnis.


Seperti Pak Ical yang mantan Ketua Kadin, kemudian aktif di parpol dan bisnisnya pun makin berani, apakah ada rencana Anda untuk aktif berpolitik?
(Agus R Hermanto, Kudus)
Mas Agus, di negeri ini sudah terlalu banyak politisi. Kalau saya juga terjun ke politik nanti malah tambah pusing rakyatnya. Waktu Pemilu Legislatif 2009 yang lalu, jumlah kandidat legislatif yang tercatat di KPU 500.000 orang, sedangkan jumlah wirausahawan kita hanya 400.000 saja.
Saya lebih tertantang untuk menularkan dan melahirkan wirausahawan baru. Jika saja Indonesia bisa mempunyai minimal 2 persennya dari rakyatnya sebagai wirausahawan, saya yakin ekonomi Indonesia bisa jauh lebih kuat, jumlah lapangan kerja juga lebih banyak tercipta di Indonesia

Apa milestone Anda yang paling menentukan dalam karier sehingga dapat menjadi sukses seperti sekarang?
(Bagus Adhita, Jakarta)
Waktu kena PHK tahun 1997....
( disadur dari : kompas.com )

2 komentar:

  1. mudah2an dapat menjadi motivator buat anak2 muda yang lain,,,

    BalasHapus
  2. ya mudah2an pak....semoga anak2 muda sekarang bertambah lebih baik......

    BalasHapus